Sulap adalah seni pertunjukan yang di dalamnya terkandung trik sehingga membuat orang yang menyaksikannya terheran-heran dan terkagum-kagum. Sulap adalah keterampilan kecepatan tangan, manipulasi atau hasil kerja suatu peralatan yang dirancang khusus. Karena sulap merupakan suatu keterampilan, maka semua orang dapat mempelajarinya asalkan disiplin berlatih.
Apa manfaat sulap bagi guru? Ketika anak-anak berada pada kondisi otak mulai melemah, maka dengan mempertunjukkan sedikit trik sulap akan dapat menyegarkan kembali konsentrasi siswa memahami materi pelajaran. Benarkah dengan menguasai sulap seorang guru dapat dikatakan guru profesional? Jawabannya tentu tidak, sebab yang dimaksud guru profesional adalah guru yang cakap dalam menjalankan profesi sebagai guru, terampil merencanakan, meramu, dan mengembangkan materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan. Dengan demikian untuk menjadi guru profesional, tidak harus menjadi seorang Demian, Joe Sandi, atau Deddy Corbuzier.
Seorang guru yang mampu membangkitkan motivasi siswa, meningkatkan prestasi belajarnya, sehingga mereka yang tadinya dicap sebagai siswa berkemampuan rendah (di bawah rata-rata) dapat berkembang menjadi siswa yang cerdas, sesungguhnya guru tersebut telah melakukan kemampuan yang mencengangkan seperti pesulap. Inilah yang berhasil dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya, PhD, pendiri Surya Institute.
Yohanes Surya yakin tidak ada anak Indonesia yang bodoh. Untuk membuktikan keyakinan tersebut, dia merekrut 27 anak Papua untuk digembleng di lembaga yang dipimpinnya. Dengan persetujuan sekolah, orang tua, serta Pemda setempat, 27 anak Papua dibawa ke Surya Institute, Tangerang. Mereka dipilih secara acak dari Kabupaten Tolikara, Waropen, Sorong Selatan, Lani Jaya, dan Wamena. Proses perekrutan tanpa seleksi dan sedapat mungkin yang terpilih adalah siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata.
Yohanes menyakini, bila metode pembelajaran diberikan dengan baik, anak-anak itu pun bisa menyerap pelajaran secara baik. Setelah sepuluh bulan mereka dididik menggunakan metode yang baik, anak-anak dari Papua tersebut semakin jago berhitung. Termasuk, memecahkan soal-soal tersulit sekelas olympiade. Hal tersebut tidak akan dapat tercapai jika mereka tidak dibina oleh guru profesional.
Apa yang dilakukan Yohanes seyogyanya menggugah mindset guru yang masih banyak menilai kemampuan anak dari persepsi pribadi. Tak jarang muncul vonis kontradiktif. Ketika prestasi belajar siswa rendah, guru mengklaim orang tua si anak kurang perhatian. Sementara di sisi lain, orang tua menilai sebagai kesalahan guru yang tidak mampu mengajar dengan baik. Celakanya, persoalan ini seringkali berakhir dengan vonis tidak naik kelas, sehingga menimbulkan malpraktik dibidang pendidikan.
Sudah saatnya guru belajar sulap ala Yohanes. Dengan menerapkan metode pembelajaran yang baik, anak-anak yang berkemampuan rendah “disulap” menjadi anak yang hebat hanya dalam waktu yang relatif singkat. Sebagaimana trik sulap, keahlian guru profesional ini dapat dikuasai asal mau belajar, membuka diri, dan memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan pendidikan. Selamat belajar!
0 komentar:
Posting Komentar