Dengan diiringi tepuk tangan penonton dan dibarengi menghilangnya semburan kabut asap dry ice di tengah-tengah panggung, muncullah seorang Pesulap yang belum begitu terkenal, hendak memulai pertunjukan sulapnya. Dari arah samping panggung, muncul dua orang gadis asistennya sembari mendorong sebuah kotak peti besar (sekira sebesar peti mati) ke tengah-tengah panggung. Salah satu asisten tersebut membuka tutup dan memperlihatkan bahwa peti dalam keadaan kosong.
Asisten yang lainnya menuju penonton dan meminta salah satu penonton untuk menjadi sukarelawan, langsung menuju panggung. Setelah mendapat bisikan dari salah satu asisten Pesulap, wanita “korban” selanjutnya masuk ke dalam peti tadi, dengan masih terlihat kepala dan kakinya pada masing-masing ujung peti tersebut. Peti ditutup dan mulailah Pesulap menjalankan aksinya.
Pesulap mengambil sebuah gergaji listrik dari tangan asistenya. Peti ditutup menggunakan tirai warna hitam, dan mulailah pesulap tersebut memotong peti menjadi dua bagian. Penonton melihat dengan penuh rasa was-was dan tegang. Apalagi saat suara gergaji mesin beradu dengan gesekan kayu peti.
Saat deru suara gergaji berhenti, kedua asisten segera membuka kain tirai warna hitam yang menutupi adegan menegangkan tadi. Dengan sangat yakin, Pesulap memisahkan dua potongan peti, satu ke sebelah kiri, dan lainnya ke sebelah kanan panggung.
Seperti yang telah direncanakan, Pesulap langsung memberikan kode agar “korban” mengerakkan kakinya. Tapi yang disuruh tidak menggerakkan kakinya. Dicoba sekali lagi dengan suara keras, tidak juga menggerakkan kakinya. Suasana gedung menjadi sepi. Penuh ketegangan dan mencekam.
Dengan mimik ketakutan (entah benar atau hanya sekedar akting), Pesulap memanggil dua asisten wanitanya dan terjadilah dialog di antara mereka bertiga. Begitu selesai “berdiskusi” asisten yang satu menuju potongan peti di sebelah kanan, dan asisten yang lainnya menuju ke peti sebelah kiri. Keduanya membuka peti dan melihat bahwa “korban” benar-benar telah terpotong menjadi dua. Kedua asisten kaget! Langsung pingsan seketika di atas panggung.
Melihat gelagat yang kurang nyaman dan juga merasa takut, terjadilah kekacauan di dalam gedung. Semua penonton berhamburan keluar karena ngeri dan ketakutan. Saling berdesakan, saling dorong sehingga banyak memakan korban yang luka-luka, bahkan ada yang sampai patang tulang. Pihak keamanan gedung segera menangkap sang Pesulap dan menyerahkan ke Pihak Berwajib.
Saat di Kantor Polisi, Pesulap tersebut dimintai keterangan guna melengkapi pembuatan BAP.
“Anda ini Pesulap amatiran kok berani-beraninya mempertontonkan adegan sulap yang sangat mambahayakan keselamatan orang lain. Satu wanita meninggal karena Anda salah membuat trik dalam memotong peti. Ditambah lagi korban luka ringan dan luka berat dari para penonton yang berlarian keluar karena ketakutan dengan aksi sulap Anda.”
“Tapi Pak Polisi …..,” Pesulap mencoba membela diri. Kemudian lanjutnya.
“Dari kesepuluh aksi sulap memotong peti yang sudah saya lakukan, ini merupakankejadian yang pertama kalinya Pak …”
“Pertama kalinya gimana maksud Anda?” tanya Pak Polisi.
“Maksud saya ini pertama kalinya penonton lari ketakutan ke luar gedung Pak….., karena setiap saya selesai memotong peti …., biasanya sayalah yang lari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri ..…”
0 komentar:
Posting Komentar